MAKALAH KEARIFAN LOKAL “Ngampar Bide dalam Tradisi Gawai Dayak”

MAKALAH
KEARIFAN LOKAL
“Ngampar Bide dalam Tradisi Gawai Dayak”



Disusun oleh:
Hermanus edo
2018009102


Universitas sarjanawiyata tamansiswa
Fakultas    pertanian
Prodi agroteknolgi
2019





Kata Pengantar

    Puji syukur selalu dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayahnya makalah ini dapat dibuat. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah ketamansiswaan, Tidak lupa diucapkan lupa terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang selalu mendukung saya dalam menyelesaikan makalah.

  Saya menyadari bahwa dalam proses pembuatan makalah ini dan hasil dari makalah terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Sehingga saya sangat membuka bagi siapa pun yang ingin memberikan kritik dan saran yang membangun bagi saya. Saya berharap dengan selesainya makalah dengan judul Pengaruh Tingkah Pendidikan dengan Pengangguran dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, amin.













Yogyakarta,10 desember 2018




Hermanus edo


                                                             
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
  BAB I PENDAHULUAN
1.1.   Latar belakang................................................................................................4
1.2.   Rumusan pemasalahan...................................................................................5
1.3.   Tujuan.............................................................................................................5
1.4.   Manfaat...........................................................................................................5
  BAB II PEMBAHASAN
            1.2  . Ngampar Bide dalam Tradisi Gawai Dayak..................................................6
            2.2  . Makanan khas suku dayak.............................................................................7
            3.2  . Tempat wisata................................................................................................9
BAB III PENUTUP
     1.2. Kesimpualan.....................................................................................................10
     1.3. Saran.................................................................................................................10
 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10

















BAB I
PENDAHULUAN
1.2              Latar belakang

      Kalimantan Barat (disingkat Kalbar) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan dengan ibu kota Provinsi Kota Pontianak. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang di antaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.Kalimantan Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia.Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2016 berjumlah 5.365.256 jiwa (1,85% penduduk Indonesia).   
            Berdasarkan sensus tahun 2010, etnis paling dominan di Kalimantan Barat, yaitu Dayak (49.91%), kemudian ada suku Melayu (16.50%). Etnis Dayak merupakan etnis di daerah pedalaman, sedangkan etnis Melayu mayoritas di kawasan pesisir. Etnis terbesar ketiga yaitu etnis Jawa (8.66%) yang memiliki basis pemukiman di daerah-daerah transmigrasi. Di urutan keempat yaitu Etnis Tionghoa (8,17%) yang banyak terdapat di perkotaan seperti Singkawang dan Pontianak. Berikutnya di urutan kelima yaitu etnis Madura (6,27%) yang memiliki basis pemukiman di Pontianak dan Kubu Raya. Etnis terbesar keenam hingga sepuluh yaitu Bugis (3,13%), Sunda (1,13%), Batak (0,60%), Daya (0,52%) dan Banjar (0,33%) dan suku-suku lainnya (1,33%).




1.2  .RUMUSAN MASALAH
1.      Suku apa saja yang ada dikalimantan barat !
2.      Bagaimana kehidupan suku yang ada dikalimantan barat !

2.2              Tujuan
1.      Suku yang dikalimantan barat adalah suku dayak,melayu, dan tionghoa
2.      Kehidupan suku dikalimantan barat sangatlah berdampingan,rukun, contoh tempat untuk beribadah sangatlah berdekatan.

2.3.Manfaat
1.      Dapat mengetahui tenteng definisi Kalimantan barat lebih dalam
2.      Dapat mengetahui suku dikalimantan barat
3.      Daapat mengetahui kehidupan suku dikalimantan barat










BAB II
PEMBAHASAN

1.1.   Ngampar Bide dalam Tradisi Gawai Dayak
   Tradisi tak lekang oleh zaman. Sebaris kalimat yang biasa digunakan untuk mengingatkan kita bahwa sesuatu yang tradisional pun layak ditampilkan meski tahun terus berganti, hingga 26 tahun kemudian.
     Begitu pula yang dilakukan masyarakat dari suku Dayak di Kalimantan Barat yang masih mempertahankan tradisi leluhur saat akan memulai "Gawe", yang selanjutnya disebut Gawai atau pesta. Yakni upacara "Ngampar bide" atau menghampar tikar. Upacara yang hanya digelar saat akan memulai Gawai Dayak di rumah Betang Panjang Pontianak.
      Upacara tersebut selalu dilakukan saat menjelang Pekan Gawai Dayak,yakni pesta panen padi masyarakat Dayak yang dilaksanakan di Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalbar. "Ngampar bide", menurut Ketua Panitia Pekan Gawai Dayak XXVI Kalbar, Herculanus Didi, dilaksanakan pada Rabu (18/5) atau dua hari sebelum pembukaan secara resmi Pekan Gawai Dayak oleh Gubernur Kalbar.
       Ritual itu diadakan supaya mendapatkan kemudahan dari sang pencipta untuk melaksanakan acara tahunan tersebut yang akan dimulai pada Jumat (20/5). "Ritual ’ngampar bide’ artinya ’bepinta’ (meminta), ’bepadah’ (memberitahu) kepada Jubata atau Tuhan supaya kegiatan kita mendapatkan kemudahan dan kelancaran," kata Herculanus Didi di Rumah Betang Panjang, Jl Sutoyo, Pontianak. Ritual tersebut dari bahasa Kanayatn, yakni sub suku yang menggunakan bahasa Bekati atau Ahe yang tersebar dari Kabupaten Kubu Raya, Pontianak, Bengkayang, Landak dan kini di Kota Pontianak. "Ngampar" yang berarti menggelar atau menghamparkan, sementara "Bide" mengandung pengertian sebagai tikar atau tempat untuk berserah. "Upacara ini harus digelar sebelum memulai Gawai (pesta)," kata Didi lagi. Tak berbeda jauh dengan Didi, Ketua Harian Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar, Yakobus Kumis, mengatakan "Ngampar bide" upacara adat yang dilaksanakan untuk memulai acara Pekan Gawai Dayak. Intinya izin permisi. Kehadirat Jubata serta meminta pertolongan kepadanya agar pelaksanaan Pekan Dawai dapat berjalan dengan lancar dan sukses. "Hanya untuk Pekan Gawai Dayak," katanya. Ritual itu juga tidak ada dalam acara Naik Dango atau upacara sejenisnya dengan tujuan yang sama, untuk bersyukur kepada Jubata setelah keberhasilan dalam panen padi, yang digelar oleh warga Dayak di sejumlah kabupatem/kota di Kalbar. Dalam ritual tersebut ada tiga tahapan, pertama upacara Nyangahatn manta’ atau bapipis yakni doa adat sebelum seluruh peragaan adat disiapkan. Kedua, Bapadah kapanyuku atau pantak pantulak atau upacara adat yang dilakukan untuk meminta perlindungan kepada penjaga di sekitar kompleks Rumah Betang agar tidak ada hambatan atau rintangan sehingga pelaksanaan berjalan lancar dan sukses. Dan ketiga, upacara Nyangahatn masak atau upacara adat doa puncak dari seluruh proses "Ngampar bide", di mana seluruh peraga adat sudah tersaji dan merupakan inti dari doa atau nyangahatn.



·         Peralatan yang digunakann untuk acara
     Sejumlah hidangan, tempayan, nampan, tempat sirih dan isinya berupa pinang, gambir, daun sirih, kapur, potongan daging babi, ayam, beras pulut (ketan), beras putih, telur ayam, lemang dan kue cucur terhidang di ruang pertemuan Rumah Betang Panjang. Seorang imam (pemimpin doa) didampingi seseorang yang menyiapkan bahan-bahan tersebut, duduk di hadapan sesajian dengan mulut komat-kamit membaca doa. Imam terlihat sesekali menepis lembaran daun selasih, pandan dan rijuang, ke hidangan itu setelah dibasahi air. 


2.2.Makanan khas suku dikalimantan barat
1.      Poe’ (lemang) makanan khas suku dayak
Lemang adalah penganan dari beras ketan yang dimasak dalam seruas bambu, setelah sebelumnya digulung dengan selembar daun pisang. Gulungan daun bambu berisi beras ketan dicampur santan kelapa ini kemudian dimasukkan ke dalam seruas bambu lalu dibakar sampai matang. Lemang lebih nikmat disantap hangat-hangat. Cara mengonsumsi lemang berbeda-beda dari daerah ke daerah. Ada yang senang menikmatinya dengan cara manis (ditambah selai, kinca, serikaya) atau dengan cara asin (rendang, telur, dan lauk-pauk lainnya), atau ada juga yang memakannya dengan buah-buahan seperti durian.

Lemang dijadikan makanan perayaan oleh suku Dayak yang disajikan pada pesta-pesta adat mereka. Bagi suku Melayu, lemang biasa disantap saat hari raya Idul Fitri atau Idul Adha. Ulun Lampung di sebelah pesisir menjadi lemang sebagai penganan Lebaran dan kue adat. Orang Minangkabau juga menyukai lemang, bahkan kota seperti Tebing Tinggi dikenal dengan julukan "Kota Lemang". Lemang juga merupakan makanan orang asli Negrito yang ada di Kelantan dan suku Semai.

2.      Bubur pedas makanan khas suku melayu
  Suku Melayu  di Kalimantan Barat, punya unggulan kuliner pedas yang harus dicicipi para wisatawan. Inilah Bubur Pedas Sambas, dahulu bubur pedas ini disajikan di kerajaan, dan merupakan cerminan budaya yang kental di kerajaan Melayu Deli.
     Bubur pedas terbuat dari beras yang ditumbuk halus dioseng dan kaya akan rempah serta sayuran, tidak heran jika bubur ini dinilai penuh gizi. Sayuran seperti kangkung, pakis, daun kesum menjadi campuran yang menyehatkan. Belum lagi paduan gorengan kacang tanah plus ikan teri yang digoreng kering menambah citarasa.
     Bubur ini sangat kaya akan gizi. Berbahan dasar beras yang telah dihaluskan dan disangrai, serta kelapa parut yang telah disangrai, kaldu daging, berbagai macam sayuran dan rempah-rempah menghasilkan citarasa yang luar biasa unik. Sangat gurih dan lezat, tentunya lebih enak disantap saat masih hangat.
3.       Chai kwe (choi pan)
   Choipan adalah salah satu makanan khas tionghoa yang ada di Kota Singkawang .Choipan mempunyai cita rasa yang sangat menggugah selera bagi siapa saja yang menikmatinya, dengan kelembutan kulit choipan, rasa bengkoang dan bawang putih goreng, makanan ini menjadi makanan yang sangat disukai oleh masayarakat Singkawan.
   Penyajian choipan ini yaitu dimakan pada saat selesai dikukus sehingga kita bisa menikmatinya dalam keadaan masih panas atau hangat dan dipadukan dengan cocolan sambal atau kecap yang membuat makanan ini tambah lezat untuk dimakan.
          Makanan yang satu ini adalah khas Indonesia khususnya di singkawang, makanan ini tidak digoreng melainkan di kukus . untuk kulitnya terbuat dari campuran tepung beras dan tepung tapioka. dan isinya bermacam-macam ada sayuran ada bengkuang sesuai selera kita.






3.3.Tempat wisata (Bukit jamur)
         Bukit Jamur yang berada di wilayah Kalimantan tepatnya di daerah Kabupaten Bengkayang. Akhir-akhir tahun 2014 “Bukit jamur” yang terletak di kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat . Bukit jamur merupakan salah satu wisata di Kalimantan Barat, tinggi nya mencapai 500 mdpl, di atas bukit kita bisa mendapatkan moment samudra awan pagi – pagi sekali. Untuk mencapai puncak bukit membutuhkan waktu sekitar 2 sampai 3 jam, di sepanjang perjalanan selama mendaki anda akan disuguhi pemandangan nan indah di sekitar bukit.

            Untuk mencapai puncak bukit ini pengunjung harus terlebih dahulu mendaki menyusuri hutan karet melalui jalan setapak dengan kondisi jalan yang masih terbilang bagus untuk jalan di dalam hutan. Bagi yang menggunakan kendaraan dapat terlebih dahulu menitipkan kendaraannya di rumah warga kampung Belangko yang merupakan titik awal bagi pengunjung untuk memulai perjalanan kaki menuju Bukit Jamur.

         Waktu terbaik untuk mendaki bukit ini adalah sebelum matahari terbit, untuk dapat merasakan sensasi keindahan lautan awan yang hanya dapat dilihat dibukit Jamur. Tidak hanya dipagi hari, pengunjung juga dapat merasakan keindahan alam pada malam hari dengan hamparan bintang di langit saat berada di puncak dan kelap kelip lampu yang ada di pemukiman warga






                                                                        BAB III
                                                                      PENUTUP

1.2.   KESIMPULAN
  Dimana adat isti adat kita harus dilestarikan jangan sampai menghilang karena pengaruh dari budaya luar dan manfaatkanlah teknologi untuk memperkenalkan budaya kita hingga ke kaca internasional

1.3.   Saran
1.      Mari kita lestarikan adat budaya kita
2.      Mari kita kenalkan budaya hingga dikenal masryakat luar



Daftar pustaka




Post a Comment

0 Comments